Konsep Buku Non Fiksi

Materi Kelas Belajar Menulis Hari Ke 15
Materi           : Konsep Buku Non Fiksi
Narasumber : Musiin, M. Pd
Moderator    : Dail Ma'ruf, M. Pd

Bu Iin begitulah biasa beliau dipanggil. Pada pertemuan kali ini beliau akan memaparkan tentang kiat konsep menulis Non Fiksi. Sebelum terlebih jauh saya paparkan uraian beliau tentang kiat tersebut, maka saya akan menuliskan tentang perbedaan fiksi dan nonfiksi.

Buku fiksi adalah sebuah buku yang menuliskan cerita yang bersifat khayalan, rekayasa atau rekaan manusia. Selain itu cerita fiksi tidak perlu dicari kebenarannya, karena buku fiksi identik dengan buku karya sastra disebut juga buku narasi imajinatif.
Buku Nonfiksi adalah buku yang penulisannya bersifat aktualitas atau yang benar - benar terjadi. Adapun yang masuk dalam kategori nonfiksi adalah buku biografi, sejarah, dan buku yang memuat perjalanan. 
Menurut Bu Iin menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS.
Sebelum kita menulis, kita harus tahu alasan kuat mengapa kita menulis.
Beliau memaparkan alasan kenapa beliau harus menulis dan jadi penulis?
Alasan beliau ingin menjadi penulis adalah sebagai berikut:
1. Mewariskan ilmu lewat buku.
2. Ingin punya buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.
3. Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.
Menurut beliau kekuatan youtuber hebat, selegram terkenal,salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi bisa dibangun jika kita pandai merangkai kata dan kalimat. 
Beliau mengutip kata mutiara dari Pramoedya Ananta Toer bahwa :
Apakah kutipan ini masih relevan di era digital saat ini? Di era Tik Tok, You Tube, dan Instagram? Tentulah masih relevan.
Kutipan ini membawa pesan menulislah jika engkau ingin dikenal orang banyak.
Kalau kita berpikir untuk menulis buku maka akan lahir buku. Kalau kita berpikir kegagalan, maka yang tersisa hanya kekecewaan.

Sahabat literasi dimanapun berada, Malam ini Bu Iin menemani kita membahas buku nonfiksi. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) 
Contoh: Buku Pelajaran
2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses).
Contoh: Buku Panduan
3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara)
Pola yang beliau pakai dalam menulis buku Literasi Digital Nusantara adalah pola ketiga yakni Pola Klaster. 
Proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni
1. Pratulis
2. Menulis Draf
3. Merevisi Draf
4. Menyunting Naskah
5. Menerbitkan
Bagaimana saja langkah beliau dalam menulis buku literasi digital nusantara?
Langkah Pertama Pratulis
 Yang termasuk dalam pratulis itu antara lain:
1. Menentukan tema
2. Menemukan ide
3. Merencanakan jenis tulisan
4. Mengumpulkan bahan tulisan
5. Bertukar pikiran
6. Menyusun daftar
7. Meriset
8. Membuat Mind Mapping
9. Menyusun kerangka
Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dll.
Pilihlah tema yang anda sukai dan cintai.
Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya:
1. Pengalaman pribadi
2. Pengalaman orang lain
3. Berita di media massa
4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram
5. Imajinasi
6. Mengamati lingkungan
7. Perenungan
8. Membaca buku
Jika menemukan ide bersegeralah untuk menuliskannya, karena ide itu mudah datang dan pergi.
Langkah kedua adalah menulis draft
Hal yang bisa kita lakukan dalam menulis draft antara lain :
1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

Langkah ketiga yaitu Merevisi Draf
Hal yang bisa kita lakukan antara lain adalah :
1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah

Langkah keempat yaitu Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI) antara lain meliputi :
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma

Dalam melakukan beberapa langkah di atas, apakah tidak ada hambatannya? 
Tentulah hambatan itu tetap ada.
Hambatan-hambatan dalam menulis itu antara lain meliputi :
1. Hambatan waktu
2. Hambatan kreativitas
3. Hambatan teknis
4. Hambatan tujuan
5. Hambatan psikologis
Banyak cara mengatasi hambatan untuk menulis. Solusi itu ternyata ada di diri kita sendiri. Kita dapat melakukan beberapa kegiatan di bawah ini sebagai langkah untuk menemukan solusi, antara lain:
1. Banyak membaca
2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.
3. Disiplin menulis setiap hari.
4. Pergi ke pasar dan memasak. Ini menjadi mood booster untuk menulis lagi bagi beliau karena beliau suka memasak.
Menurut beliau masih banyak cara untuk mengatasi hambatan - hambatan di atas demi mendapatkan hasil tulisan yang berkualitas.
Demikianlah pemaparan yang telah disampaikan oleh Ibu Musiin sebagai salah satu penulis yang pernah mengikuti kelas belajar menulis gelombang 8 PGRI asuhan Om Jay. Beliau telah berhasil mengalahkan ketakutan yang ada pada diri beliau sendiri. Ketakutan itu menurut beliau sangat merendahkan potensi bagi beliau sebagai penulis. Kita harus bisa  menulis  dengan penuh cinta dan hati bahagia karena dengan sebuah cinta dan kebahagiaan dapat menghasilkan karya yang terbaik.
Do what you love and love what you do.
Yeess.. Semangat sahabat literasi dimanapun anda berada 💪💪

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hariku Bersama Angelina Sondakh

Bocah Istimewaku

AYAHKU GURU QUR'ANKU