Di Balik Dinding Pembelajaran Daring

 

 

 

 Jangan pernah berhenti untuk belajar, karena Allah tidak pernah memberhentikan pembelajaran dalam kehidupan atas hambanya.

Untaian kalimat di atas yang selalu menjadi penyemangat plus motivasi untukku, ketika di awal Bulan Maret tahun 2020 yang lalu Bangsa ini dilanda musibah nasional. Musibah berupa wabah yang tentunya tak kita inginkan kedatangannya. Betapa mencekamnya situasi Negara saat itu. Semua terdampak, mulai dari sektor ekonomi, sosial, bahkan sektor pendidikan pun tak kalah sengitnya ikut juga terdampak. Kalau masyarakat banyak yang mengeluh bagaimana sulitnya mereka mengumpulkan pundi-pundi rupiah di tengah badai pandemi, begitupun aku yang mengeluh tapi dalam hal lain. Tugasku sebagai pendidik saat itu juga mengalami kesulitan yang luar biasa. Selama 25 tahun masa pengabdian, baru kali ini kutemui cerita bahwa siswa dan guru harus belajar bersama tetapi dalam kondisi terpisah. Di tengah kepanikan saat itu kudengar statemen yang mengatakan bahwa "Enak ya jadi guru, meski dia ngajar dari rumah, tapi tetap digaji penuh. Serasa makan gaji buta kalau aku dengar statement tersebut. Mudahnya orang berbicara tanpa tahu apa yang terjadi di lapangan. Justru ketika kita mengajar dari rumah merupakan sesuatu yang cukup melelahkan dibanding jika kita bisa mengajar di sekolah setiap harinya.
 
Mulai pagi sampai malam aktivitasku dipenuhi dengan kewajiban mengajar plus bekerja sebagai ibu rumah tangga yang punya kewajiban juga untuk memenuhi dan mengatur gizi keluarga supaya imunitas tubuh kita sekeluarga dalam kondisi yang betul-betul terjaga. Di zaman pandemi tahun pertama, betapa imunitas tubuh merupakan sesuatu yang paling penting, karena virus menyerang tanpa pandang bulu kepada siapapun yang dia kehendaki.Seluruh aktivitas kulakukan di rumah, seperti para pendidik di tanah air ini kebanyakan. Aktivitas mengajar di saat bulan pertama pandemi dipenuhi dengan kegiatan membuat tugas untuk anak didikku, memantau tugas mereka, dan yang tidak boleh lupa adalah membuat laporan kegiatan belajar mengajar setiap hari. Rata-rata para pendidik saat itu masih bingung dengan metode atau model pembelajaran di zaman pandemi. Model pembelajaran daring atau kadang ada yang menyebut sebagai Pembelajaran Jarak Jauh, sungguh sangat meresahkan baik bagi pendidik, peserta didik maupun orang tua peserta didik. Saat itu kita belum terbiasa dengan kondisi seperti itu. Karena kondisi seperti itu datangnya mendadak sekali. Aku merasakan aktivitas dan kreativitasku sebagai pendidik sangat terbatas. Ruang gerakku dibatasi oleh jarak dan waktu. Aktivitas dan kreativitas di dalam kelas yang sungguh sangat kurindu, sangat memenuhi ruang batinku. 
 
Seiring berjalannya waktu, aku berupaya untuk menjadi pendidik yang selalu menawan di depan anak didikku. Aku khawatir mereka merasakan kebosanan sama seperti yang aku alami. Kalau gurunya saja sudah bosan dengan model pembelajaran yang ditampilkannya, bagaimana dengan peserta didiknya?
Aku berpikir keras setiap hari untuk menampilkan pembelajaran jarak jauh yang kreatif dan inovatif.
Dalam benakku timbul pemikiran bahwa bagaimana aku bisa menikmati profesiku di tengah badai pandemi yang belum berlalu. Mungkin banyak orang yang berpikir hanya pedagang, pekerja swasta lainnya yang betul-betul terdampak. Padahal profesi sebagai gurupun juga ikut terdampak sama seperti profesi yang lainnya. Aku tidak begitu terdampak secara ekonomi, karena gaji selalu aku terima utuh setiap bulannya. Akan tetapi menjaga keabsahan jumlah nominal gaji agar sesuai dengan keringat yang  kukeluarkan, itulah yang menjadi pikiranku dalam setiap harinya. Tak ingin kuterima gaji utuh secara nominal, namun kerjaku tidak maksimal. Bahkan kutahu semua harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang pembuat kehidupan pada saatnya nanti. 
 
Dalam perjalanan membuat model pembelajaran secara daring, Aku tak berjalan sendirian. Aku menggandeng teman-teman muda yang lebih ahli dalam teknologi. Aku merecoki waktu mereka. Aku harus bekerja keras menyajikan pembelajaran di era pandemi ini melalui Google Classroom, Google Meetting, dan Google Form. Bahkan aku berusaha keras membuat media pembelajaran melalui video. Video pembelajaran kubuat dengan aplikasi mulai dari tiktok, zepeto, kine master, dsb.Semua itu tak akan terwujud tanpa belajar. Oleh karena itu aku memacu diri untuk selalu bersemangat dalam menyikapi transformasi digital yang terjadi saat itu, meski usiaku sudah kepala empat. Aku tak boleh kalah semangat dengan guru-guru muda, yang nyatanya di lapangan semangatku lebih menyala dari pada mereka. 
 
Pembelajaran melalui Google Classroom bisa kulakukan dari sharing bersama tim yang ada atas usulanku. Anggota tim ini adalah guru-guru muda. Alhamdulillah kemampuanku tak ketinggalan dengan mereka. Pembuatan soal-soal evaluasi bisa ku buat melalui Google Form, selain belajar secara otodidak, aku juga diajari oleh teman muda yang baru saja kukenal dan notabene aku juga belum terlalu mengenalnya. Aku ngotot minta diajari olehnya, kesannya tidak tahu malu pokonya. Jangan sampai aku tertinggal jauh dari guru-guru muda. Akupun tak segan untuk belajar. Aku mengisi waktuku dengan banyak belajar disaat mengajar dari rumah, dengan memahami sesuatu yang baru, terutama yang berkaitan dengan transformasi digitalisasi, supaya aku tidak ketinggalan zaman. Usia boleh bertambah, tapi kemampuan tak boleh berkurang, bahkan harus bergerak maju ke depan. Pembelajaran melalui google meeting ketika aku ingin bertemu dengan anak didikku juga bisa kutahu cara penggunaannya melalui sharing bersama operator madrasahku. 

Nah, yang lucu pada saat itu, Aku akan menyajikan pembelajaran tentang perkembang biakan dan pertumbuhan makhluk hidup. Waktu itu aku ingin membuat media pembelajaran berupa video.Video pertama yang kubuat adalah video yang biasa-biasa saja melalui aplikasi kine master. Aku mengajak suamiku untuk menjadi juru kamera, hehehe. Dia kuajak ke sawah, dan ke ladang milik orang agak jauh dari tempat tinggalku, sambil jalan-jalan di Minggu pagi. Bahkan ke taman kota dekat rumahku. Aku menunjukkan kepada peserta didikku pohon jeruk di kebun jeruk sungguhan, dan menunjukkan bahwa pohon jeruk berkembang biak dari biji jeruk yang ditanam. Semua itu aku demonstrasikan melalui video pembelajaran. Kemudian aku menunjukkan kepada peserta didikku tentang perkembang biakan pohon bambu, pohon pisang yang berkembang biak dengan tunasnya, dsb. Aku ingin memberikan pembelajaran bukan hanya tekstual saja, sehingga peserta didik mudah mengalami kebosanan. Aku juga berusaha menyajikan pembelajaran secara kontekstual, supaya peserta didik mudah memahami pembelajaran yang kusajikan. Memberikan pembelajaran bermakna memang perlu perjuangan luar biasa, apalagi di waktu pandemi saat itu.

Di waktu senggangku, kusempatkan mengikuti kegiatan pelatihan via zoom tentang pembelajaran online dan pembuatan video pembelajaran melalui aplikasi tiktok dan zepeto. Justru di saat Work From Home, waktuku serasa padat dengan tuntutan dan kemauan untuk belajar. Setiap selesai pelatihan, tak sabar rasanya hatiku untuk  segera mempraktekkan hasil dari pelatihan ini. Setiap malam selesai mengikuti pelatihan, langsung kupersiapkan pembelajaran untuk esok hari dengan pembuatan materi melalui video,  sebagai medianya agar pembelajaranku esok hari menjadi menarik dan berkesan. Prosedur yang biasa kutempuh adalah menulis skenario dan alur video, menulis dialog yang akan kutampilkan dalam video, otak atik aplikasi tiktok ataupun zepeto untuk pembuatan tokoh. Kemudian mulai apload ke dalam aplikasi kine master, dan memilih musik yang tepat sebagai backsoundx. Malam hari kutempuh langkah seperti itu, nanti bangun jam 3 pagi tinggal isi suara atau dialog dalam  video. Kenapa harus menunggu jam 3 pagi ? karena menunggu sampai suasana lingkungan betul-betul sepi dan kondusif. Pernah beberapa kali pengisian suara kulakukan selepas sholat subuh. Harapan yang menggebu supaya pengisian suara di video lekas jadi terpatahkan oleh suara tukang sayur yang lewat di lingkungan rumahku pada pagi buta. Wah suara tukang sayur terekam dalam videoku. Akhirnya bongkar total sampai suara bisa masuk dengan sempurna. Editing selalu kulakukan dengan penuh kesabaran dan ketelitian, agar video yang dihasilkan bisa sempurna. Perasaan bersyukur selalu terungkap dari dalam relung hati yang paling dalam ketika respon peserta didik dan orang tua peserta didik sangat positif dan antusias sekali mengikuti pembelajaranku. Suatu saat ada evaluasi pembelajaran di Madrasahku. Evaluasi ini membahas masukan, saran, dan kritikan dari pengurus Komite Madrasah yang menampung aspirasi orang tua peserta didik. Puji syukur ke hadirat Allah kuucapkan karena dari beberapa kritikan dan saran yang masuk, hanya pembelajaranku yang dikatakan kreatif, inovatif dan bervariasi, karena pembelajaranku tidak kukemas hanya dalam pemberian tugas dan peserta didik dituntut untuk menyelesaikannya, tetapi pembelajaran kukemas menjadi pembelajaran yang bermakna, mudah difahami, dan membawa perubahan dalam diri peserta didik secara signifikan, baik dalam aspek relegiusnya, afektifnya, psikomotor dan ketrampilannya. 

Berebut sinyal tak kalah sengitnya dalam pembelajaranku ketika semua guru diwajibkan hadir setiap hari di madrasah. Ketika suatu saat aku ingin tatap muka via google meet,dan sudah mempersiapkan pembelajaran dengan antusias, ternyata Wifi Madrasah belum terbayar. Padahal sudah kukabarkan ke grup WA orang tua peserta didik bahwa pembelajaranku hari ini melalui google meet. Mengandalkan paket data sepertinya tidak support. Aku putar otak dalam kondisi demikian, dan sampai pada keputusan untuk share ke WA grup orang tua peserta didik bahwa karena jaringan Wifi Madrasah dalam kondisi jaringan eror, maka pembelajaran google meet kutunda pelaksanaannya pada jam 1 siang sepulang aku dari madrasah. Pembelajaran via google meet baru bisa kulaksanakan selepas aku pulang dari madrasah menggunakan wifi yang ada di rumah. Semua kulakukan dalam rangka membangun komitmen dan kepercayaan kepada orang tua peserta didik agar mereka percaya bahwa wifi madrasah betul-betul dalam keadaan eror.  Suatu ketika pernah juga desain pembelajaran via video call dan ternyata banyak teman yang juga mengemas pembelajarannya via video call. Nah di saat ini pastinya suara kami waktu video call akan terjadi bersamaan dan bersahutan  memekakkan telinga. Kalau sudah hal ini yang terjadi maka aku harus mengatur strategi supaya suara kami tidak terdengar bersahut-sahutan seperti di pasar. Aku mencari tempat yang sepi, sunyi dari suara banyak orang,  tapi wifi dan jaringan tetap support. Jika tidak support yang kulakukan adalah dengan memakai paket data yang tersedia, asalkan  aku dapat tempat yang sepi, nyaman dan aman untuk pembelajaran.
 
Di balik dinding pembelajaran daring tak ada orang yang tahu betapa kami harus bekerja keras untuk bisa menyajikan yang terbaik. Bahkan sepulang dari madrasah pun kami para guru masih dituntut untuk mendesain dan meramu pembelajaran via daring untuk keesokan harinya. Maka ketika ada orang yang mengatakan bahwa enak jadi guru di kala pandemi, karena mengajar hanya memberikan tugas-tugas yang dibebankan kepada peserta didik dan orang tua. Padahal menyajikan pembelajaran online lebih sulit daripada kita mengemas pembelajaran dalam bentuk tatap muka secara langsung di dalam kelas. Kami akan menggandeng siapa? Jika kami tidak menggandeng orang tua peserta didik yang ada di rumah?. Karena kami punya tugas yang sama untuk mendidik. Bedanya jika orang tua hanya mendidik anaknya sendiri yang jumlahnya tidak sebanyak peserta didik yang harus kami layani dengan sepenuh hati. Maka jangan katakan bahwa tugas guru digantikan oleh orang tua, tetapi kok yang menerima gaji justru gurunya. Pernyataan yang sangat tepat adalah guru bersama orang tua bekerjasama dalam pembelajaran dan pendidikan putera puterinya.
 
Kesulitan yang kuhadapi ketika pembelajaran daring bisa kuatasi semaksimal mungkin. Banyak hikmah yang harus  kupetik dari hal ini. Antara lain kita harus siap dengan kondisi apapun, karena  pandemi waktu itu datang secara tiba-tiba dan tak berkabar dulu akan kedatangannya. Inilah cara Allah mendidik kita untuk menghargai waktu. Hal yang paling penting adalah  kita tak boleh berhenti mempelajari sesuatu yang baru, terutama dalam hal teknologi dan informasi. Mau tidak mau kita harus sudah berjabat erat dengan yang namanya teknologi. Meski usia tak lagi muda jangan merasa tua di arena. Jika aku mengingat keberadaan pembelajaran full daring pada saat itu, aku merasa bangga bahwa diriku bukanlah termasuk guru yang  ketinggalan jauh dari teknologi. Aku merasa lega karena aku sanggup melewatinya, meski harus pontang panting, jungkir balik sampai tak ingat waktu, karena aku ingin menjadi orang yang tetap profesional di bidangnya dalam keadaan apapun dan dimanapun.

Saat ini aku menempati posisiku sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah yang notabene masih baru. Aku ingin mentransfer semangat ataupun ghiroh kepada guru-guruku. Bahwa jika ingin menjadi guru, harus totalitas. Total dalam hal apapun. Dalam pembelajaran, pelayanan kepada peserta didik dan orang tua, totalitas dalam kemampuan beretos kerja serta totalitas kita untuk selalu update informasi. Totalitas kita akan menghasilkan lecutan semangat dalam diri kita. Kita bekerja sebagai pendidik akan terasa nikmat jika dilakukan dari lubuk hati yang terdalam, meski untuk menjadi pendidik yang totalitas dan profesional masih memerlukan waktu yang panjang. Tetapi  semua harus dimulai dari sekarang. Tidak perlu menunggu nanti jika Madrasah ini sudah maju dan berkembang.  Dengan totalitas yang ada pada  diri  kita sebagai pendidik, madrasah ini akan melesat berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kita tidak boleh berhenti belajar, karena  belajar itu  berlangssung sepanjang hayat sampai akhir hayat. Yang terpenting saat ini aku akan selalu mempersiapkan diri dan tim ku di Madrasah menghadapi tantangan dalam pembelajaran atau dalam hal apapun yang berkaitan dengan transformasi digital, karena transformasi digital merupakan kebutuhan bukan kewajiban dalam rangka menyongsong revolusi industri 4.0.


                           
  Ini adalah salah satu karyaku dalam pembuatan video pembelajaran melalui aplikasi zepeto.

                                                   


        Video di atas juga merupakan hasil karyaku yang bisa diakses di channel youtube MI Syihabuddin   dengan klik link berikut : https://youtu.be/1Z-_PyuUlZo
 
Video di atas merupakan karya yang dibuat dari skenario pembelajaran yang efektif, yang memerlukan pertimbangan dalam beberapa aspek, baik aspek kognitif, afektif, dan psykomotor maupun aspek estetika dalam penggarapannya. Pembuatan video-video di atas pun juga perlu kesabaran dan ketlatenan. Apalagi dalam proses editingnya yang cukup melelahkan karena dituntut untuk sabar, teliti dan jeli. Dari sinilah aku belajar apa artinya kesabaran di balik kesungguhan. Dari kesungguhan akan terwujud apa yang kita cita-citakan. Semoga ...

 


 
 
 
 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hariku Bersama Angelina Sondakh

Bocah Istimewaku

AYAHKU GURU QUR'ANKU