SELF HEALING DENGAN MELUKIS DINDING MADRASAH


 

"Kita tidak akan pernah kecewa jika kita selalu mengendalikan harapan. Mau secanggih apapun orang lain memupuk pesonanya, menimbun perhatiannya, kalau kita sempurna mengendalikan hati, no problem at all." ( Tere Liye).

Hari itu aku lihat dinding madrasah tempatku mengabdi tampak putih bersih di depan mata, karena notabene bangunan masih baru direnovasi untuk ruangan kelas. Betapa inginnya aku mewarnainya dengan goresan yang meski tidak sesempurna pelukis atau perupa ternama. Aku ingin memanfaatkan dinding ini selain sebagai media untuk memperindah lingkungan, aku juga ingin mengungkapkan seluruh perasaan dalam lukisan ini sebagai penyembuh atas luka, kecewa dalam menghadapi hari-hari yang penuh terpaan dan tantangan. Kadang bahagia tak terkira tiba-tiba datang menghiasi hari-hari. Kadang luka, duka, nestapa, sakit hati, kecewa tiba-tiba juga datang silih berganti ingin mendewasakan diri. Aku sadar bahwa sunnatullah terus berlaku selama manusia masih dapat menghirup udara segar setiap hari. Disitulah aku selalu mensyukuri. Menuangkan gagasan menjadi sebuah sketsa dengan melukis dinding madrasah muncul tak terkendali. Tanpa memerlukan  rencana panjang . Kegiatan ini kulakukan saat aku berada di waktu senggang dalam melaksanakan tugas sebagai seorang Kepala Madrasah. Kegiatan ini kumulai dengan meminjam pensil salah satu anak didikku, kemudian langsung kucoret-coret dinding madrasah sesuai apa yang ada dalam benakku saat itu. Lukisanku kuberi Judul " TAMAN KUPU-KUPU." 

Kumanfaatkan waktu 2 hari dengan menyelesaikan tahapan demi tahapan. Setiap tahapan memerlukan kesabaran dan kelincahan jari-jemari dalam menggoreskannya. Jika tidak, maka lukisan tidak akan tampak rapi dan indah. Disinilah kesabaranku betul-betul diuji. Dengan sederet pertanyaan, mampukah aku menyelesaikannya? padahal sama sekali aku belum pernah melukis dengan media sebesar dan selebar ini. Sama juga dengan pertanyaan yang muncul dibenakku, mampukah aku memimpin madrasah baru ini? Ada pertanyaan yang tersirat dalam hatiku, bagaimana kalau lukisan ini nanti tidak jadi? dan tidak tampak indah dilihat? Apa yang harus kulakukan? Pelan- pelan muncul pemikiran bahwa seorang pemimpin tidak boleh takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Jika gagal maka dia harus berani berhadapan dengan resiko. Aah tetiba melukis menjadi semacam tantangan untukku. Yah, tantangan untuk menyelesaikannya. Kuambil pelajaran bahwa menuntaskan pekerjaan harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin tak boleh ragu-ragu dalam  melangkah dan mengambil sikap. 

Goresanku kupertegas dengan menggoreskan cat warna hitam untuk menebali sketsaku. Setelah kutebali, sketsaku mulai tampak jelas seperti apa lukisanku. Meski tak indah menurut orang lain, tapi indah menurutku sendiri, hahaha..Karena untuk sampai pada tahap penyelesaian penebalan sketsa perlu usaha dan kekuatan yang luar biasa. Peluh bercucuran, pinggang sudah mulai terasa ngilu, lapar menghinggapi perutku dengan bukti terdengar bunyi aneh dalam perutku, dan tentunya kantuk mulai menerpa mataku. Muncul lagi pertanyaan dalam batinku, diteruskan ataukah disudahi sampai disini? Tanganku menjawab pertanyaanku harus dilanjutkan dan diselesaikan meski matahari sudah mulai menenggelamkan dirinya. Aku hanya berteman sepi dan sunyi, karena semua guru sudah menuju ke pembaringannya. Alhamdulillah tuntas sudah sketsaku di satu hari ini. Kupandangi kembali sketsaku untuk meyakinkan diriku apakah sketsaku layak kulanjutkaan esok hari dengan tahap pewarnaan ?. Senyum mengembang di bibirku, rasanya layak untuk kulanjutkan tahapan berikutnya esok hari. Seorang pemimpin tak boleh menangguhkan pekerjaan begitu saja. Dalam situasi apapun bahkan dalam situasi yang membingungkan sekalipun, seorang pemimpin harus maju terus pantang mundur, tak boleh menyerah begitu saja.

 


 Kuambil beberapa cat sebagai pewarna dalam lukisanku. Ada warna pokok yang sudah sesuai, tetapi ada warna yang memerlukan kombinasi beberapa warna pokok yang ada sehingga menjadi sebuah warna yang kuinginkan. Hal ini bisa kutarik sebuah pelajaran, bahwa setiap sumber daya manusia yang ada di madrasah sudah membawa warna sendiri-sendiri. Untuk menjadikan mereka satu warna yang kita inginkan, maka kita harus pandai-pandai dalam mengkombinasikan mereka. Warna yang berbeda pada diri mereka dapat kita kolaborasikan sehingga menjadi satu kesatuan yang indah meski masih tampak sedikit perbedaan. Perbedaan yang ada tetap tak boleh musnah begitu saja. Bahkan perbedaan dapat ditampilkan menjadi sebuah pelengkap dalam harmonisasi perjuangan di madrasah.  

Sedikit demi sedikit tiap warna kusapukan pada sketsaku dengan sangat berhati-hati. Takut njlembret, sehingga menghilangkan sedikit keindahan. Akan tetapi semakin lama tanganku semakin berani dalam mempermainkan warna yang ada. Aku tak boleh takut jika menginginkan hasil lukisan yang indah. Meskipun untuk menuju kategori indah rasanya belum saatnya, karena aku hanyalah pelukis yang tidak berkelas. Tetapi optimis itu sangat diperlukan sekali. Kugambarkan bahwa dalam mewarnai madrasah dengan berbagai macam potensi SDM yang ada, aku optimis untuk sampai pada sebuah cita-cita yang kita inginkan bersama. Untuk itu aku harus berani dan tangguh, meski harus menerima berbagai kritikan, cacian, hinaan, tamparan atau apalah itu. Keberanian dan ketangguhanku insya Allah berbuah manis meski saat ini rasa pahit yang harus kurasakan. 


Untuk melengkapi lukisanku, malam harinya kugunting mika plastik warna-warni untuk menjadikannya bentuk kupu-kupu yang indah berwarna-warni. Kupu-kupu yang akan meramaikan lukisan tamanku. Kupu-kupu yang ikut menghiasi taman kupu-kupuku agar lebih indah dipandang mata. Setelah selesai kugunting kemudian kutempel kupu-kupu itu satu persatu di dinding lukisanku. Nah lukisanku sudah hampir selesai hanya tinggal mewarnai pagarnya. Sementara biarlah ini adanya karena pikiranku dan waktuku fokus mempersiapkan kegiatan Penilaian Kinerja Kepala Madrasah ( PKKM ) yang sudah keluar jadwalnya. Ketika nanti ada waktu senggang kembali akan kuwarnai sketsa pagarnya dengan kombinasi warna yang indah dan berani. 

Setelah aku meluapkan energiku ke dalam lukisan, pikiran dan hatiku berasa ringan, fresh dan plong. Aku baru sadar ternyata dengan melukis bisa menjadi sarana atau media healing. Healing beda loh dengan refreshing. Healing punya misi dan tujuan untuk penyembuhan hati yang luka, kecewa, atau trauma masa lalu. Sedangkan refreshing sifatnya hanyalah sebagai penyegaran atas suasana hati dan pikiran yang penat. 

" Hal menyakitkan akan membuat kita semakin dewasa. Kegagalan juga akan membuat kita semakin sabar. Rasa kecewa pun bisa membuat kita semakin memahami. Ketahuilah , batu berlian itu diasah agar berkilau indah. Diamplas, dipermak, panjang sekali proses yang dia lewati." ( Tere Liye) - Chaula Handayani, S.Ag -
 





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hariku Bersama Angelina Sondakh

Bocah Istimewaku

AYAHKU GURU QUR'ANKU