Orang Tua Di Zaman Berbeda
Saya ingat di zaman sekolah dulu, ketika saya wadul sama Abah, gara - gara diganggu oleh pasukan teman laki - laki saya di madrasah. " Diapakno awakmu?" tanya Abah. " Rambut kulo dijambaki dari belakang, kursi kulo ditendangi juga dari belakang, soale lare - lare niku lungguhe ten mburi kulo." Abah masih diem saja ndak bereaksi sama sekali. Beberapa hari lagi saya bolak balik wadul lagi sama Abah tentang ulah teman laki -laki saya di madrasah yang semakin menjadi jadi. Abah mulai gregeten dan bereaksi.
Madrasah tempat sekolah saya kebetulan ada di depan rumah. Tapi pinternya abah, ndak mau mendatangi teman - teman saya pas di madrasah, karena Abah juga pernah berjuang di madrasah itu sebelum diangkat jadi PNS di Kementerian Agama. Abah mendatangi mereka waktu ngaji sore di Musholla sebelah rumah.
Sepulang dari kantor, sambil pasang wajah sangarnya, Abah mendatangi teman laki - laki saya di tempat ngaji. Abah bilang " Awas yo lek ngganggu anakku maneh, mben - mben awakmu kabeh kudu ngadepi bapake. "Kenek opo mbok ganggu anakku bendino?" Wkwkwk.. teman laki - laki saya klincutan gak berani natap mata Abah dan tak satupun yang mau menjawab pertanyaan Abah. Wajah mereka persis semangka yang baru jatuh, alias pucet. 🤣🤣.
Teman laki - laki saya yang jumlahnya ada 4 orang selalu merasa jagoan dan selalu bikin onar. Setelah didatangi Abah di tempat ngaji, mereka tak berkutik lagi dan tak pernah mengganggu saya. " Ojo ngganggu maneh rek, aku wedhi karo bapake... " kata mereka🤣🤣🤣
Beberapa hari lagi saya wadul sama Abah, karena saya dihukum guru matematika saya yang paling kiler pada zaman itu, gegara tidak mengerjakan PR. Saya disuruh berdiri di depan kelas sampai istirahat ndak boleh duduk. Saya wadulnya pakai nangis segala, dan saya bilang besok gak akan masuk sekolah. Bagaimana reaksi Abah, Ibuk dan Mbah? Mereka ndak ngrewes wadulan saya. Mereka bilang " Kapok a wis? " 😅😅..Lha kebetulan Ibuk saya juga ngajar di madrasah saya. Nguing.. Nguing.. Nguing.. nasehat mereka bergaung kek sirine mobil ambulan. Mau gak mau ya harus dihadapi, soale salah, begitu jika saya simpulkan nasehat mereka. Mereka gak membela saya sama sekali. Yo wis lah saya terima dengan dada lapang selapang lapangan sepak bola Merjosari..🤣🤣
Itu zaman saya kecil. Bagaimana dengan zaman sekarang?.. Sebagian orang tua ada yang memperlakukan anak mereka bagai kristal dalam etalase. Dieman - eman takut pecah. Beda dengan zaman saya, orang tua memperlakukan saya seperti kerajinan dari tanah liat, diudhek, dicithak, dijemur, dipanggang, dsb.
Zaman sekarang, banyak orang tua ngalah sama anak, dan banyak orang tua yang selalu nuruti karepe anak. Jika anak mereka diganggu teman, tak segan ortu mendatangi teman yang mengganggu anaknya di sekolah. Apalagi dihukum guru. Bahkan pada zaman ini banyak orang tua yang membawa guru ke jalur hukum dikarenakan menghukum anaknya atas kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka.
Sikap tawadhuk anak zaman sekarang pada guru tak seperti zaman saya. Tawadhuk itu jika diumpamakan sebuah teko atau botol yang akan menuangkan air ke dalam gelas pasti letaknya di atas. Gelas yang akan diisi oleh air letaknya pasti di bawah. Jika gelas berada di atas, maka air tak akan sampai ke dalam gelas. Begitulah filosofi hubungan antara murid dan guru. Tawadhuk dan ta'lim muta'allim harus dimiliki oleh seorang murid kepada gurunya, jika ia ingin mendapatkan ilmu yang manfaat.
Hmmm.. Bersyukur saya saat ini, karena Mbah, Abah dan Ibuk tak nggubris wadulan saya zaman dulu, demi menjaga sikap tawadhuk saya sama guru. Abah hanya nggubris wadulan saya karena diganggu oleh beberapa teman laki -laki saya. Itupun sudah keterlaluan baru Abah bertindak. 😁
Buku dengan judul "Seribu Suara Hati Guru " yang ditulis oleh Komunitas Penulis Guru Pendidikan Agama Islam ( Kopi Gendis) Kementerian Agama Kabupaten Malang, telah launching pada acara " Workshop Menulis Essay Tema Pendidikan " yang dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota dan Kabupaten Malang, Anggota Komisi E DPRD Propinsi Jawa Timur dan anggota DPD RI dari Jawa Timur. Buku ini menyuarakan hati para guru di lingkungan Kementerian Agama Kota dan Kabupaten Malang, melalui project buku untuk memberikan dukungan terhadap kasus guru yang dikriminalisasi ke meja hijau oleh orang tua.
Buku ini direncanakan menjadi salah satu referensi telaah RUU Perlindungan guru. Saya menulis di Jilid 1 yang sudah launching kemarin, pada hari Jumat, 1 Agustus 2025, bertempat di Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh, Jl. Joyo Agung Kota Malang.
Penulisan buku dan acara ini dikomandani oleh Saudari Anis Hidayatie, S. Ag sebagai salah satu Guru Pendidikan Agama Islam di wilayah Jatim sekaligus beliau adalah Pimred Media "Jatim Satu News".
Khamdan wa syukron alaika Yaa Allah, semoga karya ini bermanfaat.
" Jika kamu bukan anak raja, maka menulislah ( Ali bin Abi Tholib)
Malang, 5 Agustus 2025
Chaula A. Rozaq
Komentar
Posting Komentar