TUJUH WAKTU
TUJUH WAKTU
Oleh : Chaula Handayani, S.Ag
Di sepanjang jalan itu..
Kususuri dengan langkah tegapku
Terlihat sepi dalam pandanganku
Kutengok rumah Desa kanan kiri jadi saksi bisu
Tak tampak satu rumahpun yang membuka pintu
Hanya kutemui sebatang pohon sawo menyeringai melihatku
Seakan mentertawakan kebodohanku
Kemanakah mereka para Tuan dan para ibu?
Aaah mungkin mereka tak mau mendengar derap langkah tegapku
Yang memburu waktu lekas sampai mengetuk pintu
Aku tak mau didahului rindu
Setelah rinduku terkoyak nafsu
Mataku menatap semu
Tak kudapati sinar matamu sendu
Tatapanmu nyalang meronta biru
Seakan ada yang akan kau katakan padaku
Sudahlah waktunya kita menepis sembilu
Dalam angan kurangkai kata tak pernah ada ujung temu
Ku tak pernah berharap atmamu semakin beku
Yang jelas ku tak ingin kau berpaku lesu
Pun tak ingin kau menyiksaku di atas amarahmu
Sampailah sandyakala kembali menemuiku
Terhitung hampir tujuh waktu
Kau tetap membisu
Kelopak mataku tak kuat menahan kelu
Tetesan air merembes kusimpan dalam gulungan kalbu
Biarlah pesanku sampai pada mimpimu
Yang terbawa jauh merindu sampai jumantara di langit biru
Malam ini aku akan tidur di matamu
Mantapz bestie, bikin semriwing bacanya
BalasHapusHahahaha... Telimikicih Bestiekuuu..
HapusKereen bun
BalasHapusMakasih Buun..
HapusWaaw luar biasa kereeen
BalasHapusMakasih Bunda Emuut
HapusMakasih Bunda Emuut
HapusKereen puisinya
BalasHapusMakasih Bunda Opii..
Hapus