Puisi Prosais 11
Di Ujung Sadrah
Created by Chaula A .Rozaq
Hati nelangsa seakan tak ingin tersentuh oleh kalimat dan lelaku yang menyakitkan. Aduhai jiwa yang resah, akankah cumbu rayuku pada Sang pembuat skenario indah tertolak mentah? Tanyaku pada diamku.
Aku sungkurkan kepalaku sampai terjerembab pada ujung sajadah. Sambil kubilang aku bukanlah manusia yang berada pada pucuk nirmala. Aku hanya manusia hina. Aku ingin segera mengakhiri kisah. Tak ingin aku merapah semakin jauh. Aku takut tak tahu jalan pulang nantinya. Kuraih layar indah penuh berita. Kucari lagu-lagu usang penghibur jiwa gelisah. Kuingat zaman asmara masih berpendar ria. Sedikit jiwa terhibur pada beberapa alun musik menabrak satu masa. Di masa diriku bergelimang cinta. Tiba- tiba..
Berderinglah berandaku. Kutatap sebuah nama yang tak kuharapkan. Akan kuabaikan, tapi seperti ada yang menuntun jariku untuk menjawabnya. Suara dari seberang sungguh membuat telingaku bengkak. Suaranya yang renyah seperti teriak berharap kuat untuk mengajak. Prasangkaku tergilas oleh kenyataan. Wajah itu tak lagi asing bagiku. Guratan tua tergambar jelas di pelupuk matanya. Mulutnya suguhkan gurauan indah penawar jiwa yang sudah terlanjur luka. Kutanya ia, mengapa tiba-tiba suguhkan sapa penuh asa? Tak ada maksud apa-apa, sahutnya. Dia ulurkan astha dalam ucap. Seakan bagaskara menawarkan sinarnya yang cerah. Aku belum bisa memastikan akankah aku ikut bersamanya.
Diriku berada di ambang bimbang. Jika ajakannya kurapuhkan kutakut semesta akan menghina. Tanda aku tak menerima kuasaNya. Aku janjikan pada wajah tua tergurat senja. Akan kutangguhkan semuanya sejenak saja. Aku minta selaksa batas supaya dia tak kecewa. Kulangkahkan angan pada derap selanjutnya. Segera, karena aku merasa telah berada di ujung butuh kepastian. Ternyata keadaannya tetap bungkam. Sudahlah.. Tak perlu aku menunggu lama. Anila menghembus pada aksaku. Dengan penuh candala kuharus segera berpihak pada sebuah keputusan.
Akhirnya..
Kuterima ajakan wanita paruh baya itu. Menatap masa depan yang disinari candra dan bhaswara. Menghiasi ladang dengan seribu karya. Berharap tak kan pernah ada dusta ketika aku di ujung sadrah.
Komentar
Posting Komentar