Puisi Prosais 2

Bapakku Sayang 
 Created by Chaula A. Rozaq 
Malam dingin menusuk tulang. Bapak hanya sekedar bicara di ambang. Di ambang kehidupannya yang segera berpulang. Bapak tanyakan diriku apakah sudah sembahyang. Kusesali karena tak kutengok wajahnya yang malang. Hanya terjawab oleh kata ibunda sambil berlalu lalang. 

Kujumpai pagi dengan desahan nafas bapak berirama dan berulang. Menyatu dalam padu padan doa yang dirapalkan untuk orang-orang yang disayang. Sementara aku disibukkan dengan jarum jam yang  mengerang.Kuputuskan kaki segera mengembara, terburu, dan melayang. Bagai derap langkah Kafilah yang pergi berperang. Mencari sesuap harapan di serdadu berkalang uang.

Tiba-tiba di waktu siang seorang pemuda mengintipku di celah jendela dengan tatapan menerawang. Mengabarkan bahwa bapak telah pergi dengan wajah teduh setelah selesai berjuang. Melawan sakaratul mautnya yang terlihat gampang. 

Bapak pergi dengan manisnya dan tak menunjukkan muka garang. Seperti zaman aku masih kecil imut berambut pirang. Ku ingat ketika bapak marah selalu lepas ikat pinggang. Hanya ingin menakutiku dengan penjelasan gamblang. Tapi... Sesungguhnya hati bapak lembut seperti putu mayang. Tertata apik berjejer di atas loyang.

Buliran air di tepi atma serasa menggenang. Semua menari-nari hanya bisa dikenang. Aku hanya bisa berharap pada ilalang. Tumbuh di sekitar pusara bapak tersayang. Menemani ketika bapak nanti terbangun dalam tidur panjang.  

Sehari sebelum Ramadhan menjelang. Aku tak bisa menawar rasa rindu yang membuncah di dalam gawang. Aku ingin mengunjungi gundukan tanah dengan membawa setangkai bunga mawar penghias ruang. Tapi apa yang terjadi? Aku dilupakan oleh waktu luang. Karena tak bisa menahan remahan rindu yang berdentang. Hingga begitu saja ku datang. Hanya membawa barisan kata yang bergelimang. Mohon maaf bapak, aku tak bawa kembang.

 Malang , 25 Mei 2023 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hariku Bersama Angelina Sondakh

Bocah Istimewaku

AYAHKU GURU QUR'ANKU